Saya sangat meyakini bahwa datang dan pergi adalah suatu hal yang akan terjadi dalam kehidupan, kegembiraan kesedihan, kelahiran kematian. Meyakini bahwa setiap hal yang kita miliki adalah titipan sehingga ketika suatu saat sang pemilik hidup mengambilnya maka kita harus ikhlas merelakan. Dan saat ini, ikhlas menjadi salah satu hal yang sedang saya usahakan untuk dipahami. Mengsinkronisasikan kata iklas antara mulut dengan hati, dan itu tidak semudah yang saya fikirkan.
Tanggal 14 Agustus 2023 adalah hari yang tidak pernah saya bayangkan akan saya hadapi, hari dimana saya tidak bisa menahan air mata walau saya sudah bilang saya ikhlas. Hari dimana salah satu orang yang saya sayangi, yang merawat saya sedari kecil menghembuskan nafas terakhir disaat saya baru saja selesai menjaganya di rumah sakit. Hal ini terlalu cepat lek, Ni gak bisa...
Hari Minggu pukul 10.30 saya menjemput beliau di bandara Soekarno Hatta sehabis kepulangannya dari umroh, dikabarkan adik saya yang ikut dengan beliau bahwa kondisinya tidak stabil. Satu perkiraan saya kalau beliau belum makan, karena ada penyakit maag seharusnya beliau memang harus makan dengan frekuensi makan yang lebih sering dari biasanya walaupun hanya sedikit. Tapi setelah dikonfirmasi ternyata beliau terakhir makan ketika di bandara King Abdul Aziz, sebenarnya di pesawat dikasih makan namun bukan nasi.
Masuk ke dalam mobil lalu tidur di pangkuan saya dan mengatakan bahwa lemas serta kaki bengkak, langsung saya beri makan walau sedikit. Tak lama kondisi agak sedikit baik walaupun masih lemas. Lalu beliau minta makan lagi di restoran tapi qodralullah kondisi beliau kembali lemas disertai muntah-muntah. Saya yang sudah pernah menghadapi kondisi seperti ini sebelumnya dengan beliau langsung membawanya ke salah satu RS di daerah Karawaci Tangerang.
Hal yang saya infokan ke dokter adalah terlambat makan, namun ternyata beliau demam dan kakinya terlalu bengkak. Dokter mengobservasi sepintas apakah sering beliau mengalami bengkak seperti ini. Screening mulai dilakukan mulai dari cek darah, kolesterol, rekam jantung, cek ginjal dan Alhamdulillah semuanya baik. Namun tetap ada saran dari Dokter rawat inap karena trombosit turun dan mau diobservasi terkait paru dan juga jantung. Salah satu hal yang saya sesalkan adalah tentang keputusan saya untuk menunggu hasil di RS tersebut yang saya rasa terlalu lama. Kami masuk IGD pukul 13.30 dan baru mendapatkan hasil sementara terkait observasi jantung dan paru ini pukul 20.00 dan masuk kamar pukul 22.00. Saya meragukan segala keputusan yang saya buat di RS tersebut, seandainya saya bawa pulang saja ketika beliau sudah agak enakan sampai akhirnya kembali lemas karena tidak mendapat infus (tidak mendapat infus karena masih menunggu hasil ginjal). Karena beliau sangat ingin pulang, bercerita kepada kakaknya tercinta, bercerita kepada keponakan yang ia sayangi, bercerita tentang indahnya tanah suci.
Masuk kamar pukul 22.00, saya menjaganya sementara sampai nanti ada kakak yang menggantikan, karena saya harus menyiapkan perlengkapan sekolah anak saya untuk esok hari. Hal yang menjadi penyesalan saya lainnya adalah saya tidak mengiyakan dan memaksa ketika Ibu, orang yang sangat ingin tante saya temui untuk datang padahal Ibu sudah menawarkan untuk menjaga sementara. Namun karena saya berfikir kasian sudah tua harus mengurus orang sakit dan tante saya pun melarang jadilah saya tidak mengizinkan beliau untuk datang ke RS.
Pukul 12 malam beliau meminta untuk buang air kecil, instruksi dari dokter adalah tidak boleh turun dan harus buang air kecil di pampers. Namun beliau mengatakan tidak bisa buang air kecil di pampes dan merengek minta ke kamar mandi walaupun sudah saya suruh buang air kecil di pampers saja, dan akhirnya saya mengiyakan mengantarnya ke kamar mandi. Saya tidak tau bahwa itu adalah kesalahan terbesar saya tidak memaksa beliau untuk baung air kecil di pampers. Ketidaktauan saya bahwa orang yang memiliki pembengkakan di kaki harus tetap di atas tempat tidur.
Pukul 01.30 saya berganti shift dengan kakak, tidak sempat berpamitan ke beliau karena sedang tertidur lelap. Bergegas pulang sambil menahan kantuk yang teramat sangat. Sesampainya di rumah saya langsung beres-beres, menyiapkan perlengkapan sekolah dan perlengkapan yang harus saya bawa ke RS. Setelah selesai saya memejamkan mata, namun tak lama kakak menelfon pukul 02.10 mengabarkan bahwa tante tidak sadarkan diri dan sedang dilakukan pompa jantung. Panik, saat itu berdoa ya Allah tolong beri kesempatan buat beliau bertemu dengan keluarga. Namun Allah punya keputusan yang lebih baik, beliau dinyatakan meninggal pukul 02.30.
Menyalahkan diri sendiri, berandai-andai, meluapkan penyesalan. Terlalu cepat, sungguh terlalu cepat. Pulang dari RS disaat beliau tidur, dan datang ketika beliau sudah tidur untuk selamanya. Disaat itu baru penyesalan datang, orang yang sudah sangat terlalu baik ke keluarga, sayang sekali ke Aya dan Aisy, orang yang siap sedia setiap saat. Tapi saya merasa jarang memberikan waktu padahal gak sibuk-sibuk banget.
Terlalu banyak hal kebaikan Lek yang pengen ditulis tapi, Ni ga sanggup karena air mata terus mengalir. Tapi insyaAllah Ni belajar buat nerima. Ni bersaksi bahwa Lek orang baik. Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang sudah diberikan sepanjang 37 tahun ini. Maafin Ni yang masih banyak kekurangan, insyaAllah surga menantimu Tante tersayang. Alfatihah...