Jumat, 20 Januari 2023

Dikotomi Kendali Teori Stoikisme

Pertama kali mendengar teori Stoikisme karena dapat tema ODOP yang membahas soal teori ini. Wah langsung deh melucur ke mba google untuk cari tahu apa sih teori Stoikisme itu.

Stoikisme

Stoikisme merupakan Filsafat Yunani Kuno yang didirikan di kota Athena dan ditemukan oleh Zeno pada awal abad ke-3 SM. Selain Zeno ada tiga nama-nama besar Stoikisme yaitu Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Seneca adalah orang berkebangsaan Spanyol yang bekerja di pemerintahan Romawi Kuno sebagai penasihat kaisar, ia merupakan filsuf Stoikisme yang terbaik di abad ke-17. Lalu Epictetus merupakan seorang mantan budak dan Marcus Aurelius merupakan seorang kaisar kerajaan Romawi Kuno. Mereka merupakan filsuf di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Wafatnya Marcus Aurelius di tepi sungai Danube menandakan berakhirnya mazhab Stoikisme. 

Filsafat Stoikisme mengarah bagaimana kita bisa mencapai ketenangan hidup, kecukupan hidup, kedamaian hati dan pikir. Tidak memikirkan segala hal yang membuat sulit di dunia seperti kesengsaraan, kemiskinan, kematian. Mereka percaya ada hal-hal dalam hidup ini yang bisa dikendalikan (internal) dan yang tidak bisa dikendalikan (External). Faktor internal seperti Persepsi kita, tujuan dan keinginan kita, serta segala sesuaitu yang merupakan fikiran dan tindakan kita sendiri. Sementara faktor external seperti opini orang lain, kesehatan, kekayaan, kondisi saat lahir, kondisi alam, dll

Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari

Filsafat stoikisme mengajarkan kita untuk terap fokus kepada faktor internal, yaitu hal-hal yang bisa kita kendalikan, jangan terfokus pada faktor external yang bisa menggoyahkan prinsip atau opini kita. Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya datang dari hal-hal yang bisa dikendalikan. 

Saya jadi ingat, setahun belakangan ini saya belajar bahwa tidak perlu ambil pusing atas opini dan pendapat negatif orang lain. Toh kita juga tidak bisa mengubah persepsi orang lain jika memang informasi negatif sudah terlanjur diterima. Jika memang saya benar maka saya akan tetap pada pendirian namun jika tidak maka saya akan menerima masukan dari orang-orang sekitar dan saya filter kembali.

Lalu juga saya mulai mengajarkan kepada anak-anak saya tentang bagaimana menghargai diri. Tidak perlu menyesal bahwa ada perbedaan warna kulit, jenis rambut, bentuk badan, bentuk muka dan lain sebagainya. Bahkan anak kembar identik sekalipun pasti ada bedanya. Yang perlu diolah adalah bagaimana kita bersikap jika ada yang mencela kita, menonjolkan kreativitas dan potensi kita daripada memikirkan hal alami yang sudah Tuhan ciptakan. 

Jadi teori Stokism mengajarkan jika ada sesuatu yang tidak kita kehendaki, itu sudah kehendak Tuhan dan harus dihadapi dengan baik. Mengendalikan fikiran, emosi, kepasrahan diri.

“Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima.” - Filosofi Teras


Referensi :

https://www.qureta.com/post/filsafat-stoikisme-dan-penerapannya-dalam-kehidupan-sehari-hari 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar