Rabu, 12 Agustus 2020

Penilaian Diri Terhadap Orang Lain




Penilaian terhadap orang lain pasti akan selalu kita alami. Entah ketika bertemu dengan orang baru ataupun dengan orang yang sudah lama kita kenal. Seperti saya misalnya, ketika melakukan proses interview, saya diharuskan bertemu dengan orang baru yang belum saya kenal.  First impression tidak bisa saya hindari ketika pertama kali saya bertemu dengan mereka. Menilai orang lain ada banyak sekali caranya, menilai orang dari cara berbicara, menilai dari cara berjalan, dari cara berpakaian, dari cara berfikir, menilai dari cara memperlakukan orang lain dan masih banyak lagi. 

Dalam lingkungan pekerjaan, lingkungan rumah, dalam berumah tangga, di jalan ketika bertemu dengan orang baru. Penilaian terhadap orang lain pasti selalu akan terjadi. Saya ingat kejadian beberapa tahun yang lalu dimana penilaian subjektif kami dengan atasan sempat membuat hubungan kerja menjadi kurang nyaman. Jadi waktu itu masalah yang terjadi adalah kurangnya komunikasi dan prasangka negatif antara kami para bawahan dengan atasan. Berawal dari hal sepele, setiap pagi atasan saya selalu bermuka masam ketika masuk ke ruangan, sehingga kami menyangka beliau lagi mumet soal kerjaan. Sementara penilaian atasan kepada kami adalah kami tidak pernah menjawab sapaan beliau setiap dia masuk ke ruangan, padahal beliau menyapa kami tapi memang suaranya tidak terlalu besar sehingga tidak terdengar. Simple bukan, namun karena hal ini jadi merembet ke kerjaan dan lain sebagainya. Sehingga membuat suasana menjadi tidak nyaman dan setiap hari jantung terasa berdetak lebih kencang. Ada saja pekerjaan sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik tapi ujung-ujungnya emosi. 

Karena situasi menjadi terasa 'panas' bahkan ada yang berencana resign karena tidak tahan terhadap kondisi yang ada. Akhirnya kami memberanikan diri untuk menghadap guna mengclearkan masalah ini. Didapat bahwa atasan saya selalu bete setiap masuk kantor karena lelah dengan kondisi jalanan yang macet dsb, bukan karena marah ataupun mumet soal pekerjaan. Maka kami pun menjelaskan sebaliknya. Alhamdulillah dengan adanya komunikasi dua arah ini semua menjadi jelas. Maka dari itu menurut saya, komunikasi juga merupakan kunci penting guna meminimalisir prasangka yang akan berujung pada pemikiran negatif. Bersikap terbuka jika ada masalah dan sharing mengenai solusi akan lebih baik karena kita tidak tahu cerita yang sebenarnya. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar